Disusun oleh
Fauzi Nugraha
Fauzi Nugraha
23113327
3KB01
KATA PENGANTAR
Banyak orang berpendapat bahwa
bahasa adalah warisan leluhur. Fakta ini memang benar. Kemudian,banyak yang
menganggap bahwa para ahli waris dengan mudah menerima bahasa (seperi warisan
lain,misalnya tanah,harta ,atau benda lain) dari para leluhur dan
menggunakannya tanpa harus susah payah mempelajari terlebih dahulu. Fakta ini
keliru.
Bahasa tidak bisa ditransferkan
oleh generasi tua ke generasi muda secara otomatis. Karena,bahasa apa pun harus
dipelajari generasi muda lewat ajaran dan bimbingan dari generasi tua.
Meski,proses pengajarannya tidak harus dilaksanakn secara formal. Dalam
literatur tengtang teori pendidikan bahasa ada dua istilah kunci untuk
menggambarkan proses belajar bahasa. Yakni, proses acquistion (pemerolehan) dan
proses learning (pembelajaran).
Pemorolehan menggambarkan proses
belajar ketika orang yang sedang belajar bahasa merasa perlu memperoleh dan
menggunakan bahasa itu. Dengan demikian, dia akan mempunyai motivasi amat kuat untuk memperoleh dan menggunakan
bahasa itu sebagai sarana komunikasi rill dalam hidup sehari-hari. Dengan kata
lain,bahasa dianggap sebagai salah satu faset penting dari kehidupan sosial
budaya. Apabila orang yang belajar itu masih usia dini, dia tidak akan
merasakan proses belajar bahasa secara sadar karena pelaksanaan dilakukan
secara informal. Bahkan, seolah-olah,dia tidak merasa belajar sama sekali
tetapi memperoleh (atau barangkali,lebih tepat, menghayati) bahasa yang sedang
dipelajarinya itu. Disamping itu, bahasa yang harus dipelajari tidak hanya
digunakan sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai wahana yang menampung
nilai sosial, norma, budaya, etiket perilaku, dan aneka macam kompentensi
diskursif lain.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Asal-usul Bahasa :
Mitos dan Realitas
Masyarakat kebanyakan
yang hidup di dataran Eropa mempunyai sebuah mitos tentang asal-usul bahasa di
dunia. Mereka mengenal mitos itu dari sebuah cerita dalam alkitab Perjanjian
Lama, berjudul “Menara Babel”. Pendek kata , menurut kisah dalam kitab it, pada
zaman dahulu masyarakat yang makmur dan kaya raya membuat proyek untuk
mendirikan sebuah menara tinggi menjulang kelangit biru agar memudahkan warga
mencapai surga dari kota Babel. Pada zaman dahulu itu, kebanyakan orang berpendapat
bahwa secara harfiah, surga berada diatas langit. Manusia pun berusaha dengan
berbagai cara membuat sarana, bhakan berhala, beerupa aneka macam benda agar
dangan cepat dapat membawa mereka menuju ke surga.
Menurut pendapat Haugen
(1974), dalam artikel berjudul “ The Curse of Babel (Kutukan Babel)”, konon
kata babel berasal dari kata baalal. Adpun, menurut Fromkin dan Rodman (1978 :
12), babel berasal dari baibel, sebuauh kata daam bahasa Hibrani. Baik baalal
maupun baibel berarti “kebingungan” atau “kekacauan”. Dari makna kata baalal
itu, Haugen menyimpulkan bahwa “kekacauan” membuat sebuah masyarakat linguistik
yang tinggal disuatu tempat tertentu tercerai berai, berpindah ke berbagi
penjuru dunia. Akibatnya, wrga masyarakat yangg semula akrab menjadi asing dan
tidak saling memahami. Bhasa srta tingkah laku sosial sesama warga yang telah
bermukim di berbagai daerah lain pun sulit dipahami oleh sesama warga dari
daerah asal yang sama.
Dengan kata lain,
Haugenjukan mengajukan hipotesis bahawa bahasa manuasia akan berubah apabila
para penutur secara geografis terpisah dari kelompok induk. Sebaliknya, selama
para penutur tinggal disuatu tempat, mereka cenderung mempertahankan bahasa
yang sama. Karena itu,haugen berpendapat bahwa sebagai mitos kisah Menara Babel
berbeda dari realitas fakta linguistik. Lepas dari benar atau tidak pendapat
Haugen, mitos dalam kisah Menara Babel memberikan informasi bahwa kebanyakan
orang beranggapan semua bahsa di dunia ini berasal dari satu sumber. Anggapan
serupa ini tidak hanya muncul didaratan eropa, tetapi di Benua Amerika. Kisah
serupa bisa didengar dalam legenda Toltecs yang dikemukakan Ixtlilxochitl, ahli
sejarah asli India Meksiko.
Menurut studi
lingistik,anggapan bahwa aneka bahasa itu berasal dari satu sumber disebut sebagai
pendapat yang mengikuti teori monogenesis. Itu lawan teori poligenesis, yang
berarti banyak atau lebih dari satu sumber bahsa induk. Entah apa sbabnya,
banyak orang cenderung mempercanyai teori monogenesis. Mungkin karena nenek
moyang atau gnerasi dahulu hidup sangat religius, sehingga tidak mustail
apabila mereka selalu mewariskan ajaran bahwa asal-usul manuasia dan asal-usul
bahasa adalah sama. Karena itulah, apabila kisah Adam dan Hawa mudah
dipercanyai orang,kisah tentang aslausul bahasa yang monogenesis akan gampang
dipercanyai pula, kecuali bila semua orang percaya bahawa Adam tak pernah
berkomunoikasi dengan Hawa.
1.2 Rumusan Masalah
Mitos asal-usul bahasa
berlawanan dengan realitas penyebaran bahasa. Mitos itu statis dan diterima
begitu saja. Adapun realitas linguistik dinamis. Dalam arti,sesuai dengan kurun
waktu dan tempat serta terbuka bagi penalaran yang skeptis. Kebenarannya bisa
digugat dan dipertanyakan terus menerus, dilengkapi dengan argumen
kuat,jelas,dan masuk akal. Tidak bisa dipecaya begitu saja seperti mitos. Namun
mitos terlanjur mempengaruhi proposisi sehingga membuat semua orang lebih
percaya pada teori asal-usul bahasa yang bersifat monogenesis.
Dalam bab-bab setelah
ini, kita berbicara soal rekayasa bahasa berdasarkan realitas linguistik dengan
melihat kasus bahasa Indonesia. Walau masih dipengaruhimitos asal-usul
monogenesis, pembicaraan tentang perkembangan searah bahasa Indonesia tidak
bisa dilepaskan dari aneka faktor, terutama faktor kontak antara bahasa Melayu
dan bahasa asing atau bahasa daerah lain yang hidup berdampingan dengannya.
Dengan kata lain, kisah kelahiran bahasa indonesia merupakan kasus linguistik
yang menarik bila ditinjau dari proposisi monogenesis dan dipadukan dengan
aneka faktor yang mendukung usaha rekayasa berdasarkan realitas linguistik
dinegeri ini.
1.3
Tujuan
Pembuatan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
Bahasa yang disempurnakan sesuai dengan Kamus
Besar Bahasa Indonesia, sesuai dengan aturan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
BAB2
ISI
A. Ucapan
Bahasa Indonesia bagi
sebagian besar penuturannya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa
Indonesia., bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah daerah yang
telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itut dapat berkenaan dengan semua
aspek keterbatasan. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan.
Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan
ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang klain.
Seiring dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seorang penutur
nberdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.
B. Ejaan
1.
Pengantar
Ejaan penting sekali artinya dalam
kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis. Dalam
tulis-menulis orang tidak hanya dituntut untuk dapat menyusun kaliamat dengan
baik, memilih kata yang tepat,melainkan juga mengea kata-kata dan kalimat
tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku. Dalam surat-surat pribadi dan
kalimat catatan harian misalnya, ketaan dalam EYD tidak mutlak. Dalam karangan
illmiah, dalam makalah, dan dalam surat-surat perjanjian, kaidah ejaan harus
beul-betul ditaati.
Sebelum, EYD diumumukan,dalam tulis
menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan tersebut
diumumkan berakunya terhitung mulai 19 Mart 1947, sebelum ejaan Soewandi
berlaku Ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe
yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib
Soetan Ibrahim. Ejaan ini dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901 sebelum
ejaan Van Ophuysen berlaku dalam tulis menulis dalam bahasa Melayu,digunakan
huruf Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tidak
teratur.
2. Penulisan
Huruf
a. Penulisan Huruf Kapital
Sudah kita ketahui bahwa huruf kapital
digunakan untuk mengawali kalimat yang baru. Disamping itu huruf kapital juga
digunakan sebagai huruf awal pada nama diri. Ucapan langsung juga diawali
dengan huruf kapital.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci. Untuk Tuhan kata
gantinya pun ditulis dengan huruf kapital.
Contoh :
Semoga Dia tidak melupakan
hamba-Nya
Hanya Engkaulah yang kami
sembah.
Dalam
kaitannya dengan nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan,juga
ditulis dengan huruf kapital
Contoh :
Nabi Ibrohim
Haji
Agus Salim
Sultan Hasanudin
Tentu saja terpisah
dari nama diri,dalam pengertian umum,huruf-huruf tersebut ditulis dengan huruf
kecil.
Contoh :
Dia baru saja diangkat menjadi sultan
Tahun ini dia pergi naik haji.
Nama jabatan juga
ditulis diawal dengan huruf kapitalapabila dikaitkan dengan nama instansi atau
nama daerah sebagai pengganti nama diri
Contoh :
Gubernur DKI Jakarta
Rektor Universitas Pancasila
Nama diri atau nama
lembaga yang terdiri atas beberapa kata, kata-kata tersebut diawali dengan
huruf kapital kecuali apabila kata terdebut berupa kata tegas.
Contoh : Amir Hamzah, Halim Perdana Kusuma,
Sapardi Djoko Damono
Nama lembaga contohnya
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Gunadarma.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kata-kata yang menunjukan hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, paman, huruf awalnya ditulis dengan
huruf kapital, apabila dgunakan sebagai kata serapan atau kata yang digunakan
untuk menyebut lawan bicara.
Kata “anada” yang dalam Pedoman Ejaan
yang Disempurnakan terbitan yang lama cukup ditulis dengan huruf kecil dalam
edisi tahn 1988 ditetapkan harus diawali dengan huruf kapital. Perlu dijelaskan
bahwa kata anada bukanlah kata sapaan melainkan betul-betul merupakan kata
ganti seperti halnya kamu dan engkau. Jadi dengan ditetapkannya penulisan
“Anda” yang diawali dengan huruf kapital tidak ada lagi kata “Anda” yang
diawali dengan huruf kecil.
Kemudian kata-kata yang digunakan
dalam pengertian khusus harus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata
dengan pengertian umum ditulis dengan huruf kecil. Kata presiden, gubernur,
universitas, atau fakultas misalnya, dalam pengertian umum ditulis dengan
bhuruf kecil.
Contoh : Suatu negara yang berbentuk republik
itu dikepalai oleh seorang presiden.
Suatu provinsi dikepalai oleh
seorang gubernur
Dalam pengertian khusus
kata-kata tersebut diawali dengan huruf kapital.
Misalnya : Presiden Republik Indonesia akan
melawat ke luar negri.
Ia diterima menjadi mahasiswa
Fakultas Imu Komputer Universitas
Gunadarma tahun kuliah 2013/2014.
Nama diri yang kemudian
menjadinama jenis, tidak perlu ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Ayah membeli mesin diesel.
Adik gemar sekali
pisang ambon
Berapa harga sekitar
rambutan aceh?
Ibu membeli garam
inggris.
Nama diri yang biasanya
diawali huruf kapital itu juga ditulis dengan huruf kecil apabila diapit dengan
awalan atau akhiran.
Contoh : Ucapan keinggris-imggrisan.
Masalah-masalah ketuhanan jangan dicampuradukkan dengn masalah-masalah
kedunian
b. Huruf Tebal dan Miring
Seperti halnya nama
lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya harus diawali dengan huruf
kapital. Kecuali yang berupa kata tugas. Berbeda dengan nama lembaga, judul
buku atau nama majalah, harus ditulis dengan huruf tebal. Apabila ditulis
dengan tangan kata-kata ang merupakan judul buku ini harus diberi garis bawah.
Contoh : Tata Bahasa Baku Indonesia
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
Contoh penulisan nama
majalah :
Pengajar bahasa dan Sastra
Pembinaan Bahasa Indonesia
Hukum dan Keadilan
Judul naskah yang belum
diterbitkan sebagai buku seperti makalah skripsi, tesis, atau disertai cukup
ditulis dalam tanda petik (“_______”)
Contoh : “Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia”.
“Frase Nomina dalam bahasa
Indonesia”.
Judul karangan yang
dimuat dalam majalah atau dalam buku kumpulan karangan, atau judul satu bab
dari suatu buku yang harus ditulis dengan huruf miring, kalau diketik atau
ditulis tangan diantara tanda petik.
Contoh : Karangan Djoko
Kencono yang berjudul “ Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia: dimuat dalam buku
Bahasa dan Kesustraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru.
Huruf miring juga
dipergunakan untuk menegaskan atau emngkhususkan kata, bagian kata atau
kelompok kata.
Contoh : huruf pertama
kata abad adalah a.
Dia bukan menipu tetapi
ditipu(“me-“ dan “di-“ ditulis miring)
Yang saya maksudkan
prestsi bukan prestise.
Buatlah kalimat-kalimat
dengan kata berlepas tangan.
Huruf miring juga
digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum
disesuaikan ejaanya.
Contoh : Nama
ilmiah buah manggis ialah carcinia mongostana
Politik devide et impera pernah
merajalela di negri ini.
Dalam beberapa buku
kadang huruf tebal itu tidak dipergunkan dan yang digunakan adalah huruf
miring. Dalam hal ini huruf miring digunakan untuk judul buku dan majalah/
3. Penulisan Partikel
dan Awalan
Dalam menulis kata-kata
sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan perlu
diperhatikan penulisan kata atau partikel yang tidak dirangkaikan.
Ada kata atau awalan yang harus
ditulis serangkai, yaitu adi- misalnya pada adidaya,adikuasa,adimarga,adibusana.
Juga awalan awa- pada awabau, awaair,awawarna,awasuara. Awalan awa- ini
digunakan untuk mengindonesiakan awalan de- pada kata-kata pinjaman dari bahasa
Inggris dan belanda seperti deodorant, dehidrasi, devoice yang artinya ‘penghilang’
atau ‘alat’ untuk menghilangkan’. Juga mala- seperti
malabentuk,malapraktik,malagizi.
Kata antara ditulis
ditulis terpisah,tetapi antar- ditulis seragkai. Contoh :
antarkota,antarpulau,antarnegara,antarbangsa.
Kata maha apabila
dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai. Contoh :
mahasiswa,mahaguru,Mahakuasa,Mahaadil. Tetapi apabila dirangkai dengan kata
bentukan tidak dirangkaikan. Contoh : Maha Pemurah, Maha Mengetahui, Maha
Pengampun. Yang dikecualikan dari ketentuan diatas ialah kata Maha esa yang
meskipun kata maha itu dirangkai dengan kata dasar, tetapi harus dipisah Ejaan
yang betul menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ialah Tuhan Yang
Maha Esa.
Bentuk-bentuk lain yang
dirangkai ialah awalan pra-,pasca-,pramu-,purna-,tuna-.Contoh : prasejarah,
pascasarjana, pascapanen ,paramuwisata, pramuria,purnawaktu,purnawirawan,
swadaya, swalayan, swasembada,
tunakarya, tunasusila, tunarungu.
Kata-kata seperti
anti-, non-, sub-, poli-, Ultra-, supra-. Juga ditulis seragkai dengan kata
mengikuti, seperti antikomunis, nongelar, submit, politeknik, ultramodern,
supranatural.
Seperti yang sudah
disebutkan di muka, gabungan dua kata yang diapit oleh awalan dan akhiran juga
ditulis serangkai. Contoh : pertanggungjawaban,ketidakhadiran, dan menandatangani.
Kata-kata yang harus
ditulis serangkaian ialah : padahal,
daripada, barangkali, sekaligus, apabila, bilamana,jikalau,nadaikata,manakal.
4. Penulisan Bilangan
Pedoman umum penulisan
tanggal dan angka
1. Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Ditulis dengan angka Arab
atau Romawi.
2. Angka
dipakai untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi; satuan waktu; nilai
uang; dan kuantitas.
3. Angka
dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
4. Angka
dipakai untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
5. Penulisan
lambang bilangan dengan huruf secara umum dipisahkan antar tiap bagian dan
awalan "per-" (untuk pecahan) digunakan menyatu dengan bagian yang
langsung mengikutinya.
6. Lambang
bilangan tingkat dituliskan dengan tiga cara: angka Romawi, tanda hubung antara
"ke-" dan angka, atau dirangkai jika angka dinyatakan dengan kata.
7. Lambang
bilangan yang mendapat akhiran "-an" ditulis dengan tanda hubung
antara angka dan "-an" atau dirangkai jika angka dinyatakan dengan
kata.
8. Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah.
9. Angka
yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja agar mudah dibaca.
10. Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus, kecuali dalam dokumen
resmi seperti akta dan kuitansi. Jika dituliskan sekaligus, penulisan harus
tepat.
11. Awalan
"ke-" tidak dipisah pada bilangan yang menyatakan jumlah dan pada
bilangan ordinal. Misalnya: Keempat anak tersebut sedang bersenang-senang. Juga
pada kata yang menunjukkan urutan, misalnya Ia adalah anak kesatu, Orang itu
menempati urutan kedua di antara para pengunjung.
Contoh
·
Jika ditulis dengan angka Arab, bilangan
ditulis diawali dengan ke-. Jika ditulis dengan angka Romawi, bilangan ditulis
sendirian.
·
Benar: abad kesebelas, abad ke-11, abad
XI
·
Salah: abad ke sebelas, abad ke-sebelas,
abad 11, abad ke 11, abad ke-XI, abad ke XI
·
Penulisan tahun
·
Benar: 1960-an
·
Salah: 1960an
5. Fungsi Tanda
Baca Beserta Contohnya
Membuat variasi kalimat dari penggunaan tanda baca.
• 1. Titik (.) 1.1 Tanda titik dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan atau kalimat berita.
• Contoh: l Fitur utama bisnis adalah
bahwa sesuatu itu harus dapat dijual atau menghasilkan uang.
• 1.2 Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan nama orang.
• Contoh: l LL Bean yang membuat
peralatan outdoor bukan perusahaan berskala raksasa tetapi memiliki reputasi
melampaui bisnis yang lebih besar.
• 1.3 Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan, gelar, jabatan, pangkat dan sapaan.
• Contoh: l Dr. (Dokter) -> Dr.
Tangkas mendapatkan gelar sarjananya dengan nilai yang memuaskan.
• 1.4 Tanda titik dipakai pada singkatan
kata yang umum dipakai, biasanya diambil 3 huruf.
• Contoh: l hlm. (Halaman) -> Kutipan
menarik itu diambil dari hlm 5 dan 8.
• 1.5 Tanda titik dipakai untuk pemisah
bilangan ribuan atau kelipatannya.
• Contoh: l Jumlah penduduk Indonesia
berdasarkan sensus penduduk adalah sebanyak 237.556.363 jiwa.
•
• 2. Koma (,) 2.1 Tanda koma dipakai di
antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
• Contoh: l Pada bulan puasa atau
menjelang Hari Raya Idul Fitri pakaian yang paling laris pastilah peci, baju
koko dan sarung.
• 2.2 Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang
didahului oleh kata seperti, tetapi, dan kecuali.
• Contoh: l Industri hulu masa kini
umumnya, seperti plastik, minyak kelapa sawit atau pabrik gula.
• 2.3 Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mendahului induk kalimatnya.
• Contoh: l Apabila keliru memilih bidang
spesialisasi, usaha tidak dapat melaju.
• 2.4 Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal
kalimat.Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu,
akan tetapi.
• Contoh: l Oleh karena itu, sangat
disarankan agar kita menengok dulu ke kiri dan ke kanan sebelum menyebrang.
• 2.5 Tanda koma dipakai di belakang
kata-kata seperti o , ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
• Contoh:l Kasihan, anak kecil itu
tertabrak mobil.
• 2.6 Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
• Contoh: l “Pemantapan struktur ekonomi
masyarakat ke depan harus berbasis pada sumber daya unggulan daerah dengan
dukungan infrastruktur ekonomi wilayah yang memadai, "kata Cagub incumbent
Hj Ratu atut Chosiyah, di Serang, Jumat (7/10/2011).
• 2.7 Tanda koma dipakai untuk
menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka .
• Contoh: l Widjaya, IG Rai. Hukum Perusahaan. Jakarta:
Megapoin, 2000.
•
• 3. Tanda titik koma (;) 3.1 Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
• Contoh: l Malam makin larut; kami
belum selesai juga.
• 3.2 Tanda titik koma dapat dipakai
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung.
• Contoh: l Ayah pergi ke kantor; ibu
sibuk bekerja di dapur; adik mengerjakan pr.
•
4. Tanda titik dua (:)
4.1 Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
jaringan.
Contoh: l Fakultas
Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi, Managemen, dan Ilmu
Ekonomi.
4.2 Tanda titik dua
dipakai sesudah kata atau ungkapan yang membutuhkan pemerian.
Contoh: l Project By: TriExs Media Project
Penulis: Lie
Charlie
Editor: Wicak
4.3 Tanda titik dua
dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh: l Guy:
"Tolong sampaikan memo ini kepada bendahara.”
Ilan: “Siap, Pak.”
4.4 Tanda titik dua
dipakai
(i) di antara jilid
atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab-kitab suci, atau
(iii) di antara judul
dan anak judul suatu karangan.
Contoh : l QS.
Al-Baqarah: 38
4.5 Tanda titik dua
dipakai untuk menandai rasio (angka banding).
Contoh: l Perbandingan sex ratio antara laki-laki
dan perempuan di daerah x tahun 2010 adalah 100: 97.
5.Tanda hubung (-) 5.1
Tanda hubung dipakai untuk menghubungkan unsur-unsur kata ulang.
Contoh: l Anak-anak kelaparan di negara Afrika
adalah akibat globalisasi.
5.2 Tanda hubung
dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh: l indonesia
l 21-12-2012
5.3 Tanda hubung dipakai
untuk merangkaikan
(a) se-dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital;
(b) ke-dengan angka,
© angka dengan-an,
(d) singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(e) nama jabatan
rangkap.
Contoh: l se-Indonesia; ke-6; tahun 90-an.
5.4 Tanda hubung
dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Contoh: l di- packing
6. Tanda tanya (?) 6.1
Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh: l Siapa menteri
keuangan saat ini?
6.2 Tanda tanya dipakai
di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau
yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: l Dinosaurus
musah sejak 30 juta tahun yang lalu (?)
7. Tanda seru (!) 7.1
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Contoh:
l Jauhkan dia sekarang juga!
8. Tanda petik ganda
(“…”) 8.1 Tanda petik ganda mengapit petikan langsung yang berasaldari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh: l Pasal 36 UUD
1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.”
8.2 Tanda petik dipakai
untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: l Sekjen PBB
memberikan pidato yang berjudul “Perdamaian Dunia di Tengah Krisis Sosial” yang
menghasilkan dukungan dari seluruh dunia.
8.3 Tanda petik dipakai
untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang memiliki arti
khusus.
Contoh: l Pekerjaan itu
dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
9. Tanda garis miring
(/) 9.1 Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: l Jalan Kediri
VI / 2
9.2 Tanda garis miring
dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan
dan rumus matematika.
Contoh: l Modem itu
memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s.
10. Tanda petik tunggal
(’…’) 10.1 Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun
di dalam petikan lain.
Contoh: l “Dia bilang
padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya
kembali.” Ujar Andi.
10.2 Tanda petik
tunggal digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: l Dengan metode ilmiah atau psikis
tertentu brain-washing 'cuci otak’ memang dapat dilakukan.
11. Tanda apostrof (’)
11.1 Tanda apostrof digunakan untuk penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Contoh: l Tangkas
bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD '45.
12. Tanda elipsis (…)
12.1 Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk
menuliskan naskah drama.
Contoh: l “PLAK …..
ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat, sampai-sampai orang itu
tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah jurang yang sangat dalam.
12.2 Tanda elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan,
misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: l Sebab-sebab
kemunduran indonesia dikarenakan … ketimpangan ekonomi antara si miskin dan si
kaya.
• 13. Tanda kurung (…) 13.1 Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan.
• Contoh: l Jumlah barang yang diminta
pada berbagai tingkat harga disebut demand (permintaan).
13.2 Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contoh: l Pertumbuhan
pemberian kredit dari Desember 2008 sampai Januari 2009 (lihat Tabel 2)
menunjukkan adanya perkembangan perekonomian Indonesia terhadap sektor rill.
13.3 Tanda kurung
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh: l BJ Habibie
adalah orang yang berasal dari (Daratan) Asia pertama yang memimpin perusahaan
terpenting di Eropa.
13.4 Tanda kurung
mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: l Jenis
elastisitas terdiri dari
(a) elastis,
(b) inelastis,
© elastis uniter,
(d) elastis sempurna,
dan
(e) inelastis sempurna.
14. Tanda Tanda Kurung
Siku ([…])
14.1 Tanda kurung siku
mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
tulisan orang lain.
Contoh: l Ibu men [y]
apu halaman rumah sejak pagi.
14.2 Tanda kurung siku
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah ditandai kurung.
BAB 3
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Sebelum EYD, Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan
Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha
yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di
samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia.
Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama
Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan
dan kebudayaan no.062/67, tanggal 19 September 1967.
Pada 23 Mei 1972,
sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun
Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan KebudayaanIndonesia, Mashuri. Pernyataan
bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah
disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu
("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) danbahasa Indonesia. Di
Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada
waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik
Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972diresmikanlah pemakaikan ejaan
baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai
oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta
penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak
dipakai sejak bulan Maret1947.
Selanjutnya pada
tanggal 12 , Panitia Pengembangan Bahasa IndonesiaDepartemen Pendidikan dan
Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan
"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan
"Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, S. Takdir, 1962, Indonesia Language and
Literature : Two Essays. Cultural Report Series No.11. new Haven: Yale University.
Alisjahbana, S. Takdir, 1974, Language Policy,
Language Enggineering and Literacy in
Indonesia and Malaysia” dalam Advaces in Language Planning , diedit Joshua
Fishman , The Hague: Moouton, halaman 391-416.
Alisjahbana, S. Takdir, 1976 , Language Planning and
Modernization: The Case of Indonesian and Malaysia, The Hague : Mouton.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta : Balai Pustaka.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. 1991. Prosiding Teknik Penulisan Buku Ilmiah. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
Siregar, Bakri,1964, Sedjarah Sastra Indonesia
Modern,Djakarta : Akademi Sastera dan Bahasa Multatuli.
Wahyu, Tri R.N, 2006, BAHASA INDONESIA. Jakarta :
Universitas Gunadarma